Selasa, 02 Oktober 2012

Nikmatnya Melaksanakan Ibadah Umrah di Bulan Ramadhan


Anda pernah mempunyai keingingan untuk melaksanakan ibadah Umrah pada Bulan Ramadhan? Ibadah Umrah sendiri sudah merupakan ibadah yang sangat istimewa karena hanya dapat dilaksanakan di Masjidil Haram Mekkah. Sebuah tempat yang sangat mulia, dimana semua do’a di ijabah, semua amalan dilipat gandakan 100.000 kali, semua orang mendapatkan rahmat, bahkan yang hanya berdiam diri memandangi ka’bah sekalipun. Apalagi bila Ibadah Umrah
dilaksanakan pada waktu yang mulia, bulan Ramadhan. Bulan penuh Rahmat, dimana pintu ampunan dibuka seluas-luasnya, pahala diobral hingga bahkan tidur pun jadi ibadah. Bulan yang di dalamnya terdapat Lailatul Qadr, malam penuh hikmah dan kemuliaan, malam dengan pahala 1.000 bulan. Oleh karena itu mengapa banyak umat muslim yang ingin melaksanakan ibadah Umrah tersebut di Bulan Ramadhan, sehingga bukan sesuatu hal yang aneh jika kemudian biaya untuk berangkat Umrah pada Bulan Ramadhan lebih mahal dibandingkan di bulan yang lain.

Ibadah Umrah di bulan Ramadhan, dari segi pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT, sungguh tak terbayangkan nikmatnya. Bagaimanakah keseharian dalam pelaksanaan ibadah Umrah di bulan Ramadhan ?

Saat bulan Ramadhan berjuta-juta umat muslim ber-Ihram (dua helai kain putih yang wajib dikenakan oleh para jamaah haji dan umrah) memasuki kota Mekkah untuk melaksanakan Umrah di Masjidil Haram. Putaran Thawaf dan Sa’i tak pernah sepi bahkan dini hari sekalipun, padatnya umat muslim ber-Thawaf dan Sa’i tak pernah surut. Thawaf dan Sa’i hanya nampak berhenti saat kumandang iqomat dilantunkan, tanda ritual Sholat Fardlu segera ditegakkan. Sekedar tips bagi Anda, jika tidak ingin berdesak-desakan untuk melakukan Thawaf, pilihlah waktu-waktu setelah selesai melaksanakan sholat shubuh.

Bulan Ramadhan di Mekkah maupun di Medinah, dua kota suci umat Islam, aktifitas umat muslim pun tidak hanya sebatas melaksanakan Umrah. Dimulai dari sejak sebelum sholat Dzuhur, umat muslim berbondong-bondong memasuki Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dan akan bertahan di dalam masjid untuk menanti saat berbuka puasa, sholat Maghrib, sholat Isya dan sholat Tarawih. Keluar dari masjid setelah sholat Ashar akan berakibat tak lagi mendapat tempat di dalam masjid. Waktu-waktu diantara sholat-sholat Fardlu akan terlihat jamaah mengisinya dengan melaksanakan Umrah, melakukan Thawaf, menegakkan sholat Sunnah, berdzikir, tadarus Al Qur’an dan juga berdiskusi agama. Anda juga tidak perlu susah-susah membawa Al-Quran karena baik di Masjidil Haram atau di Masjid Nabawi sudah tersedia begitu banyak Al-Quran.

Setelah sholat Ashar akan nampak banyak sekali penduduk Mekkah dan Medinah mempersiapkan tempat dan hidangan sederhana untuk takjil berbuka puasa, Sahi dan Gahwa (teh dan kopi arab yang khas) dipersiapkan, beberapa butir Rutab  (kurma muda yang sangat manis), roti Tamis (roti gandum yang lebar) dan Laban (semacam yogurt yg akan dicampur dengan semacam bumbu arab untuk cocolan roti Tamis) dan minuman Asir (semacam sari buah mirip buahvita) serta tentu saja yang tak akan dilewatkan, Air Zamzam, dihidangkan untuk setiap orang tanpa kecuali. Semuanya dihidangkan diatas selembar plastik panjang yang dibentangkan bershaf-shaf di dalam masjid. Penduduk Mekkah dan Medinah ini akan berupaya untuk mengajak setiap jamaah yang hadir di masjid untuk bergabung dengannya, berlomba-lomba meraih pahala dengan memberikan hidangan takjil untuk ber-buka puasa kepada jamaah di masjid. Di luar lingkungan masjid juga disediakan makanan Nasi Brauni, nasi khas Arab, dengan berbagai lauk, sumbangan dari warga di Mekkah dan Madinah. Akan sulit menolak ajakan yang sangat ramah ini.

Ketika Adzan Maghrib berkumandang, akan nampak jutaan umat muslim berbuka puasa bersama-sama, berbagai suku, negara dan bangsa, ber-kulit hitam, kuning, coklat dan putih. Bermata- sipit, biru atau ber-celak. Yang berhidung mancung maupun pesek, semua berkumpul ber-buka puasa bersama, menikmati takjil yang dihidangkan. Dan ketika Iqomah dikumandangkan, dengan sigap para petugas masjid meringkas plastik panjang dan dalam hitungan detik semua sudah siap menegakkan Sholat Maghrib berjamaah.

Lepas Sholat Magrib, jamaah tak akan beranjak. Takjil yang dihidangkan sudah mampu untuk membuat para jamaah bersemangat menanti ibadah Sholat Isya dan Sholat Tarawih. Sholat Tarawih di laksanakan dalam 20 rokaat dan 3 rokaat sholat Witir. Diisi dengan pembacaan 1 Juz Al Qur’an di setiap kali Sholat Tarawih. Ayat-ayat suci Al Qur’an yang dilantunkan dengan fasih dan sangat syahdu oleh para Imam Masjidil Haram ini sungguh menyentuh dan membetot hati para jama’ah.  Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais adalah salah satu imam favorit, yang disukai oleh para Jamaah. Biasanya sholat Tarawih ini baru akan selesai pada pukul 22.00, barulah jamaah akan beranjak pulang ke hotel atau tempat penginapan masing-masing untuk melanjutkan berbuka puasa dengan makan besar (baca : makan nasi buat orang indonesia) dan beristirahat. Namun bila sudah memasuki hari ke-20 bulan Ramadhan atau 10 hari terakhir, setelah menyelesaikan makan besarnya, jamaah akan segera bersiap-siap kembali ke Masjidil Haram. Ibadah Sholat Lail berjamaah sudah menanti. Sholat Lail berjamaah ini dilaksnakan lewat tengah malam hingga kurang lebih jam 03.00.  Rasa kantuk yang mendera akan dilawan sepenuh hati guna menggapai malam Lailatul Qadr.

Biasanya tepat pada malam ke-27 bulan Ramadhan lengkap sudah 30 Juz Al Qur’an di baca sepanjang sholat Tarawih di bulan Ramadhan dan pada saat sholat Lail akan dibacakan do’a menandai khatamnya bacaan 30 Juzz Al Qur’an. Doanya sangat panjang hingga memakan waktu hampir 45 menit. Isak tangis memenuhi segenap penjuru masjid, menyeruak diantara sela bacaan doa yang dipanjatkan. Linangan air mata tak mampu disembunyikan oleh wajah-wajah keras, semua terpuruk di relung paling dalam hati yang bermunajat kepada Allah memohon pengampunan. Seorang lelaki Arab yang tadi datang dengan terbungkuk-bungkuk, nampak berdiri tegak dan membentangkan tangannya ke udara,  Ber-Istighfar dalam tangisnya.

Selesai sholat Lail  para jamaah bergegas meninggalkan masjid untuk kembali ke tempat masing-masing guna bersiap-siap melaksanakan Saur dan bersegera kembali ke Masjid melaksanakan sholat Subuh berjamaah.

Para jamaah baru dapat melepaskan lelah dan beristirahat setelah selesai Sholat Subuh,  memulihkan tenaga untuk bisa kembali beribadah ke Masjid pada saat Dhuha dan kembali ber-Umrah, meniatkannya untuk diri sendiri maupun menghadiahkan ganjaran amalnya untuk para orang tua dan kerabat yang sudah meninggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar